Surat Kolong Meja
Judul Cerpen Surat Kolong MejaCerpen Karangan: Adityo CY
Kategori: Cerpen Cinta Romantis, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 13 November 2016
“Alaaah. Gerbang udah ditutup. Kalau masuk, pasti dapat hukuman nih” keluh Rani sembari menatap Jam di pergelangan lengan kirinya. Diliriknya jam itu dan menunjukan pukul 7 lewat 10 menit, keringat menyucur deras dari tubuh Rani sehingga mebasahi bajunya. Dilihatnya Pak Satpam berkumis tebal itu melirik ke arahnya dan memberi kode untuk segera masuk ke sekolah.
“Iya, Pak Satpam” Rani langsung berlari ke gerbang sekolah dan menemui Pak Satpam itu.
“Rani kenapa bisa terlambat?” Tanya Pak Satpam itu secara halus kepada Rani. Pak Satpam tahu bahwa Rani merupakan murid berprestasi dan ini merupakan kali pertama ia terlambat. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Rani, yang keluar hanya senyum tipis dan mata yang mulai berkaca-kaca. Pak Satpam lalu menyuruh Rani untuk gabung dengan barisan anak-anak telat lainnya dan siap untuk menghadapi hukuman yang akan diberikan oleh Pak Supri dan Bu Herawati. Kedua guru tersebut dinilai sebagai guru ter“killer” di sekolah ini.
“Kenapa kalian telat?!” Tanya keras Bu Herawati kepada barisan anak-anak telat itu.
“Coba kamu Rani, jawab pertanyaan Ibu Herawati” Sambung Pak Supri.
“Ehhhh. Anu, Pak. Biasanya saya diantar ayah ke sekolah, tetapi untuk hari ini saya pakai angkutan umum dan sedikit macet di jalan. Padahal saya berangkat dari rumah pukul 6.” Jawab Rani atas pertanyaan Bu Herawati.
“Oh. Ya sudah. Untuk kali ini kamu, Ibu maafkan. Masuk kelas, cepat!” Bentak Bu Herawati. Rani lalu segera bergegas masuk kelas dengan langkah kuda ia berjalan tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya.
“Brukkkk” tubuh Rani menabrak seseorang laki-laki di depannya, ia terpental dan jatuh ke lantai. Laki-laki itu ternyata Kak Edo, kakak kelas Rani dan ketua OSIS SMA Merah Putih. Selain sebagai seorang ketua OSIS, Kak Edo merupakan atlet basket SMA. Wajar, jika banyak wanita ingin menjadi pacarnya, ganteng dan berprestasi. Walaupun digandrungi banyak wanita, Kak Edo belum pernah pacaran sama sekali, bahkan jika ada wanita yang mendekatinya ia seakan malu-malu dan kurang responsif atas pendekatan wanita tersebut.
“Maaf, Kak. Tadi gak sengaja nabrak, soalnya lagi buru-buru mau masuk ke kelas. Takut telat.” Rani meminta maaf ke Kak Edo sembari melakukan gimmick selayaknya orang meminta maaf.
“Iya, saya maafkan. Lain kali hati-hati, ya. Namamu Rani? Kelas berapa kamu?”
“Kelas XI-IPA 1, kak.” Jawab Rani.
“Oh, ya sudah” ucapan Kak Edo seolah-olah membiarkan adik kelasnya itu untuk masuk kelas.
Setibanya di depan pintu kelas, Rani mengetuk pintu kelas secara perlahan dengan tujuan guru yang sedang mengajar tak kaget dan malah menyuruhnya untuk berdiri di luar kelas.
“Permisi” Ucap Rani sembari mengetuk pintu kelas.
“Masuk saja!” Teriak seseorang dari dalam.
Setelah Rani membuka pintu. Alangkah bahagianya Rani, melihat meja guru kosong pertanda guru belum masuk. Tetapi, siapa yang menjawab salam Rani tadi? Ia adalah Beno, Si pembuat onar di kelas.
“Telat lu? Sama dong kaya gue. Si Tukang Ribut” Ucap Beno kepada Rani, seolah-olah ia bangga dengan predikat Si tukang ribut.
“Sekali ini doang, Ben. Kalau lu kan hampir tiap hari” jawab enteng Rani dan disambut dengan tawa sekelas.
“Akhirnya” Tarik napas lega Rani, dan kini ia telah duduk di kurisnya. Tetapi, hal itu tak lantas membuat permasalahan Rani, semuanya hilang. Ada satu masalah lagi yang mebuat ia hingga kini kepikiran dan resah. Ya, Kak Edo, Rani masih berpikir kenapa Kak Edo bertanya tentang kelas dan dia sudah mengetahui nama Rani. Ia terus kepikiran akan hal ini, sehingga tanpa sadari ia melamun dan tiba-tiba.
“Hey!” Teriak Amel di depan muka Rani, yang membuat ia terbangun dari lamunannya.
“Apa’an sih kamu, Mel? Ngagetin aku aja.”
“Lagian udah datang telat. Eh, sekarang ngelamun. Ada apa’an sih? Kepo dong.” Tanya Amel kepada Rani.
“Gini. Tadi pas mau masuk ke kelas, aku gak sengaja nabrak Kak Edo. Kak Edo sempat menanyakan kelas aku dan aku khawatir akan ada hukuman tambahan.”
“Oh, gitu. Ya gimana lagi ya? Bingung lah. Udah lah, berdoa saja.” Saran Amel kepada Rani, yang justru malah menambah khawatir Rani.
Teeettttt.
Bel pulang pun berbunyi. Kekhwatiran Rani akan hukuman tambahan yang akan diberikan Kak Edo, pun hilang begitu saja.
Keesokan paginya, dengan berbekal pantang untuk mengurangi kesalahan dan kewajiban untuk melaksanakan piket harian kelas. Rani sampai di sekolah pukul 6.15, lebih pagi dari kawan-kawan lain. Sesampainya di kelas, hal yang pertama Rani lakukan ialah mengambil sapu dan membersihkan satiap sudut kelas tanpa kecuali meja dirinya.
“Ini apa?” tanya Rani kepada dirinya sendiri, sembari tangannya masuk ke dalam meja dan didapatinya sebuah surat bertuliskan ‘Untuk Kamu’. Rani berpikir bahwa surat ini hanyalah kerjaan orang iseng ataupun emang benar surat ini untuk dirinya. Dengan rasa penasaran yang menggebu-gebu, secara perlahan Rani membuka surat itu.
“Untuk kamu, Gadis cantik. Selamat pagi dari-ku. Semoga kau tak telat dan harimu pada hari ini akan seharum bunga yang ada disamping surat ini.” Senyum tipis dan malu Rani, ketika membaca surat ini.
Rani lalu merogoh kolong meja dan didapatinya bunga yang sesuai dengan apa yang dituliskan di surat itu.
“Ini dari siapa ya? Tau auh.” Rani lalu memasukan bunga dan surat itu kedalam tas. Berjaga-jaga jangan sampai ada yang tahu masalah surat dan bunga ini. Sembari melanjutkan tugas piketnya membersihkan kelas, ia terus kepikiran siapa yang mengirm surat padanya dan apa tujuan dari orang tersebut. Jikapun orang tersebut suka padanya, kenapa ia tak langsung bertemu saja dengannya? Hal ini terus dipikirkan oleh Rani, sehingga ia memutuskan untuk pulang lebih akhir dari temannya dan akan terus datang lebih awal, dengan tujuan untuk mengetahui siapa orang yang telah mengirim surat ini kepadanya.
“Permisi” suara di depan pintu kelas itu memeberhentikan sejenak ayunan sapu Rani, yang sedang memebersihkan kelas.
“Iya.” Sahut Rani. Ia kaget, didapatinya seorang Kak Edo yang sudah menunggu dirinya di depan kelas, dengan surat di tangannya.
“Ini ada surat perintah dari wakepsek kesiswa’an, agar semua murid kelas ini untuk berbaris di depan kelas setelah jam pelajaran usai. Ada yang di informasikan katanya.” Ujar Kak Edo.
“Baik, Kak. Akan saya sampaikan ke teman sekelas.” Sahut Rani akan perintah Kak Edo.
Jam pelajaran pun usai. Semua murid kelas XI berkumpul di lapangan basket dan siap mendengarkan arahan dari wakepsek. Dibalik kerumunan siswa itu terdapat Rani yang mulai gelisah akan gagalnya rencana dia untuk mengetahui siapa yang menaruh surat di kolong meja dirinya. Didapatinya Kak Edo dan anggota OSIS lainnya berkumpul di depan mimbar sembari menedengarkan arahan dari wakepsek.
“Arahan dari wakepsek sudah selesai. Silahkan untuk adik-adik pulang ke rumah masing-masing.” Suara khas dari ketua OSIS itu membubarkan kerumunan siswa yang daritadi ingin pulang. Semua murid berjalan ke arah gerbang sekolah, kecuali Rani. Ia justru pergi ke kelas sembari berharap dia bisa mengetahui siapa pengirm surat itu ataupun sudah ada surat di bawah kolong mejanya.
“Kan, bener. Sudah ada surat lagi. Siapa ya, yang ngirim? Jika Kak Edo, gak mungkin lah ya, secara dia tadi ada di lapangan dan dia merupakan cowok yang selektif dalam memilih cewek. Lantas siapa?” Rani kembali kebingungan dan di bukanya surat itu.
“Hai, Pancarani Sarasvati. Aku tak mau kamu bingung dengan kehadiran surat ini. Aku berharap kamu bersedia malam minggu ini untuk datang ke taman harum pukul 8.00 malam. Aku akan memberi tahu siapa diriku dan ada sesuatu untuk-mu. Oh, ya aku lupa. Selamat Sore Rani, semoga nanti malam ketika kita bertemu, kau tampak manis semanis coklat yang ada di samping surat ini.” Rani kembali dibuat bingung dan lemas ketika ia mengetahui bahwa orang misterius tersebut ingin berjumpa dengannya.
“Baiklah. Aku akan datang wahai orang misterius pengirim surat” Rani berbicara pada dirinya sendiri dan membawa surat dan sebatang coklat itu pulang ke rumah.
Di Taman Harum.
“Sudah Jam 8 malam. Orang misterius itu mana ya?” Rani melihat jam di pergelangan tangannya dan tiba-tiba ia dikagetkan dengan suara kembang api yang memecehan keheningan di taman itu. rani terpesona akan kehadiran kembang api tersebut, sehingga pandangannya tertuju ke arah langit.
“Hemmm. Rani” Suara orang ada dibelakang tubuh Rani, ia menoleh dan didapatunya Kak Edo, berpenampilan rapi dengan kemja, celana jeans dan seikat bunga di tangannya.
“Kak Edo?” Rani menoleh dengan rasa kaget yang tak terduga. Kak Edo, langsung mengambil tangan Rani dan digensggamnya tangan itu.
“Hai, Ran. Akulah pengirim surat itu. Ya, aku. Ketua OSIS yang banyak dikagumi oleh wanita dan baru kali ini aku mengagumi seorang wanita. Wanita itu kamu. Aku harap kamu mau menjadi pelengkap dalam hidupku untuk hari ini dan selamanya.” Rani dibuat kaku dengan ucapan Kak Edo barusan. Keluarlah beberapa patah kata dari mulut Rani.
“Tapi, Kak. Aku tak meiliki keistimewaan apapun” Rani coba merendah Padahal, semua orang tahu bahwa ia merupakan murid yang cerdas.
“Mungkin banyak orang bilang bahwa kamu tak secantik Kak Salma (ketua cherrleaders), tak setinggi Kak Ratna (Anggota Paskibraka) ataupun kau tak selebih-lebih dari siapapun itu, aku tak peduli. Karena kamu, aku tahu apa itu cinta. Dan, aku kembali berharap kamu menjadi orang yang menyempurnakan cinta ini. Mau kah, Rani?”
“Iya, Kak. Aku mau.” Jawaban Rani itu adalah jawaban yang ditungu-tunggu oleh Kak Edo.
Keduanya saling berpelukan sebagai simbol menyatunya dua hati dengan diiringi suara kembang api yang meledak di angkasa.
“Semoga cinta kita seperti kembang api. Penuh warna dan tak membosankan” Bisik Kak Edo ke telinga Rani.
Sekian.
Cerpen Karangan: Adityo CY
Blog: cahayayudha.blogspot.co.id
Penulis Mahasiswa Pend. Sejarah STKIP Padhaku, Indramayu. Berakun twitter @adityocy
Cerita Surat Kolong Meja merupakan cerita pendek karangan Adityo CY, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-romantis/surat-kolong-meja.html
seru banget kak
BalasHapusaxis internet