Senin, 14 November 2016

Cerpen Menanti Datangnya Hujan

Menanti Datangnya Hujan

Judul Cerpen Menanti Datangnya Hujan
Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 15 November 2016
Hari ini langit tampak cerah. Awan putih menggulung indah di seantero langit yang biru. Indah, seperti permen kapas bewarna putih yang menggantung di angkasa. Sinar matahari menerobos celah di antara awan-awan itu. Angin sepoi sepoi yang menggoyangkan rumput hijau menerpa wajah Andrea. Burung-burung bernyanyi. Riang, hangat dan bersahabat.
Kendati demikIan, ramalan cuaca hari ini tidaklah sama dengan ramalan cuaca hati milik Andrea. Ia tidak tersenyum. Tidak bergeming. Tidak juga tertawa seperti biasanya. Hari ini, Ia tidak mengharapkan mentari bersinar terang. Malah sebaliknya, Ia berharap untuk hari ini saja, biarkanlah hujan turun membasahi bumi. Untuk hari ini saja, Ia berharap hujan datang di tengah panasnya musim panas.
Biarkanlah awan hitam menang atas awan putih. Biarkanlah petir saling berseteru di langit yang hitam. Berseteru sangat keras hingga membuat hatinya terguncang. Karena rasanya aneh, menangis di saat langit tampak cerah dan biru. Karena rasanya malu, bersedih saat mentari menyapa kita dengan sinarnya yang hangat. Karena rasanya nelangsa, bermuram durja saat burung-burung bernyanyi dengan indahnya.
Ia hanya ingin bertemu hujan. Ia ingin menyampaikan kekesalan hatinya, Kepiluan jalan hidupnya. Ia ingin bersedih untuk sesaat.
Yang Ia suka dari hujan adalah, pertama, hujan menjadi teman terbaik untuk bersedih. Ia sangat baik, hingga Ia menutupi kesedihan Andrea dari tatapan orang-orang. Berjalan sambil menangis di tengah hujan yang lebat, siapa yang akan tahu?
Kedua, setelah puas bersedih dengan rintik hujan, setelah puas berseteru dengan teriakan petir, dan setelah puas merenung dengan awan hitam, pelangi akan muncul. Membawa harapan baru. Membawa warna baru. Menghilangkan hitamnya pilu di hati. Menghadirkan semangat baru, untuk terus maju dan melupakan apa yang telah terjadi.
Kini Andrea masih belum tersenyum. Sesak dadanya menahan tangis, tersekat tenggorokannya menahan amarah, Ia masih menunggu hujan datang menghampiri.
Ia langkahkan kakinya menuju sebuah pohon ek besar nan tua di sudut jalan. Ia berteduh dari sinar mentari, menunggu datangnya hujan. Tak lama, Tuhan mengabulkan keinginannya. Awan hitam nan gelap datang mengepul di angkasa, mendesak awan putih untuk pergi. Rintik-rintik hujan mulai turun, berlomba-lomba untuk sampai ke kaki bumi. Seruan petir mulai terdengar memecah kehangatan siang ini. Langit yang tadi biru kini menjadi kelabu. Sekejap cerahnya hari ini berubah menjadi hari yang gelap, kelam, dan suram. Setelah hujan cukup membasahi bumi, Andrea ke luar dari tempat persinggahannya. Menyapa sang hujan. Teman baiknya yang selalu ada di saat sedih. Sesaat kemudian air matanya keluar tanpa izin. Air mata dan rintik hujan berlomba-lomba membasahi pipi Andrea. Ia menyelipkan rambut coklatnya ke balik telinganya, dan mengangkat kedua telapak tangannya untuk menutupi wajah. Ia berpura-pura berlindung dari hujan. Walau sebenernya, gelora emosi sedang meluap-meluap di dirinya. Air matanya yang tumpah ruah itu mewakili perasaan sedih, pilu, dan marah yang Ia rasakan.
Cerpen Karangan: Nandani Bayu Prasanti
Blog: palefacegurl.blogspot.co.id
Cerita Menanti Datangnya Hujan merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-sedih/menanti-datangnya-hujan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar